.

Premium Wordpress Themes

Minggu, 15 Januari 2012

Tiga Hukum 'Ojo' untuk Dekati GUSTI ALLAH

Sebelumnya telah kita bahas tentang cara mencapai titik nol. Setelah titik nol tercapai, maka berlakulah sebuah hukum yang tidak tertulis. Sebuah hukum antara si pendaki spiritual dengan GUSTI ALLAH. Hukum tersebut ada tiga yaitu

1. Ojo Rumongso (Jangan Merasa)
2. Ojo Kepingin (Jangan Kepingin)
3. Ojo Diakoni (Jangan Diakui)

Ketiga hukum yang tidak tertulis tersebut memang selintas tampak mudah untuk dipahami dan dilakukan. Tapi kenyataannya hal itu sangatlah sulit untuk dipraktekkan.

* Ojo Rumongso (Jangan Merasa)

Sekiranya para pendaki spiritual tersebut sudah mampu untuk mencapai titik nol, maka setidaknya ia harus melepaskan segala rasa rumongso. Diantara rasa rumongso yang muncul adalah rumongso biso (merasa bisa), rumongso duwe (merasa punya) dan segala macam rumongso yang tumbuh dalam hatinya. Artinya, para pendaki spiritual tidak memiliki kemampuan apa-apa selain semuanya dari GUSTI ALLAH semata.

* Ojo Kepingin (Jangan Kepingin)

Setelah membuang rasa rumongso yang ada dalam hatinya, maka hukum kedua pun juga harus dilakukan yaitu ojo kepingin (jangan kepingin). Kepingin di sini adalah keinginan seorang pendaki spiritual untuk kepingin mendapatkan kesaktian, ilmu kebal, atau ilmu-ilmu lainnya dan puncaknya adalah keinginan untuk segera bertemu dengan GUSTI ALLAH. Kenapa tidak boleh kepingin? Karena jika seorang pendaki spiritual sudah mampu menghilangkan rasa kepingin yang ada dalam hatinya, maka GUSTI ALLAH pribadi yang akan menuntun orang tersebut untuk mendapatkan yang terbaik.

* Ojo Diakoni (Jangan Diakui)

Yang ketiga adalah Ojo Diakoni (Jangan diakui). Para pendaki spiritual pantang untuk mengakui bahwa hal aneh dan ganjil yang sudah terjadi pada dirinya adalah karena kemampuannya. Kalaupun mendapatkan sesuatu dalam olah batinnya, maka hal itupun juga pantang untuk diakui. Bukankah, harta benda yang kita miliki pun juga bukan milik kita? Semuanya adalah titipan dan pantang untuk diakui sebagai milik kita. Bahkan anak dan istri kita pun juga bukan milik kita? Kalau GUSTI ALLAH menghendaki untuk mengambilnya, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa.



sumber : kawruh-kejawen.blogspot.com